Rabu, 19 Januari 2011

Monumen Pesawat Avro Anson RI-003

Monumen Pesawat Avro Anson RI-003
Lokasi : Kecamatan Tilatang Kamang



Monumen yang terletak di Nagari Gadut Kecamatan Tilatang Kamang berjarak 5 km dari kota Bukittinggi ini, merupakan bukti dari sejarah panjang perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.
Avro Anson RI 003 adalah pesawat ke tiga yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia yang diperloeh dari sumbangan masyarakat Minang terutama amai-amai (baca: ibu-ibu) yang dengan sukarela menghibahkan perhiasan emas dan peraknya untuk memperjuangkan kedaulatan Indonesia.

Sejarah ini bermula pada tanggal 27 September 1947 di “Kota Jam Gadang�, Bukittinggi, alm. Dr. Mohammad Hatta membentuk “Panitia Pusat Pengumpul Emas� untuk mengumpulkan sumbangan dari rakyat yang nantinya berfungi untuk membeli sebuah pesawat terbang untuk diterjunkan dalam misi-misi khusus guna menyelamatkan Republik Indonesia dari serangan Belanda yang terkenal sebagai Agresi Militer.

Selang beberapa hari setelah pembantukan panitia tersebut, Dr. Mohammad Hatta mengadakan sebuah apel besar di Lapangan Kantin (lapangan depan Makodim 0304/Agam, sekarang). Selaku Wakil Presiden Republik Indonesia beliau menyampaikan kepada masyarakat Minang akan situasi negara saat itu sekaligus menghimbau rakyat untuk mengulurkan tangan membantu perjuangan.

Tanpa pikir panjang, spontan orang – orang di sana terutama amai-amai mendaftarkan diri untuk menyumbangkan semua perhiasan emas dan peraknya, berupa liontin, anting, kalung, gelang, bahkan cincin kawin mereka sumbangkan. Selain itu di tempat – tempat lain, seperti Padang Panjang dan di pinggiran kota Bukittinggi juga diadakan pengumpulan sumbangan. Dari hasil sumbangan itu, datanglah sebuah pesawat terbang buatan Inggris tipe Dakota dengan call sign RI – 003 dari Lanud Maguwo Yogyakarta menuju Lanud Gadut – Agam. Melihat proses landing tersebut makin menggeloralah semangat perjuangan masyarakat Minangkabau.

Pada awal Desember 1947, Halim  Perdanakusuma dan Iswahyudi mendapat tugas untuk membeli dan mendapatkan senjata (yang dibeli dengan perantara candu atau narkotika) ke Siam (Muangthai) dengan menggunakan RI – 003.

Tetapi malang, sebelum mencapai tujuannya, pesawat itu mengalami kerusakan mesin sehingga jatuh ke laut dekat Tanjung Hantu, perairan selat Malaka. Pesawat itu hilang bersama pilotnya. Halim Perdanakusuma dan Iswahyudi gugur sebagai bunga bangsa, dan namanya diabadikan sebagai nama dua bandara di Nusantara, yaitu Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta dan Lanud Iswahyudi di Madiun.

Misi belum selesai, beberapa hari setelah hilangnya RI – 003, mendarat sebuah pesawat dengan jenis yang sama dengan call sign RI – 004, berpilot Wade Palmer, seorang penerbang Royal Air Force (RAF) berkebangsaan Skotlandia.

Beberapa orang dari Central Trading Company (CTC) yaitu Haji Tahir, Baharudin Dt. Bagindo, Mas Said, Tahi Siregar, Ali Alkadri, dan Letnan Udara Jacoeb berangkat dengan pesawat ini ke Siam untuk menukarkan emas dengan candu, lalu ke China untuk menukarkan candu dengan persenjataan. Misi yang diemban sukses, tetapi dengan pengorbanan yang tidak sedikit, jalan yang tidak mulus, dan perjuangan yang penuh resiko.


sumber:http://www.agamkab.go.id/?agam=pariwisata&se=sejarah&id=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar